KOMUNIKASI DAN
LEADERSHIP
1. * Definisi
Komunikasi
Kata atau istilah komunikasi (dari
bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya
adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata
communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik
bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan
makna.
Berikut
ini adalah definisi serta penjelasan mengenai komunikasi menurut beberapa ahli:
#
HIMSTREET & BATY
Komunikasi
adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu sistem
yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyak-sinyal, maupun perilaku
atau tindakan.
# CARL
I. HOVLAND
Komunikasi
adalah proses dimana seseorang individu atau komunikator mengoperkan stimulan
biasanya dengan lambang-lambang bahasa (verbal maupun non verbal) untuk
mengubah tingkah laku orang lain.
#
THEODORSON & THEDORSON
Komunikasi
adalah penyebaran informasi, ide-ide sebagai sikap atau emosi dari seseorang
kepada orang lain terutama melalui simbol-simbol.
# WILLIAM
ALBIG
Komunikasi
adalah proses sosial, dalam arti pelemparan pesan/lambang yang mana mau tidak
mau akan menumbuhkan pengaruh pada semua proses dan berakibat pada bentuk
perilaku manusia dan adat kebiasaan.
#
CHARLES H. COOLEY
Komuniksi
berarti suatu mekanisme hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan
simbol secara lisan dan membacanya melalui ruang dan menyimpan dalam waktu.
# A.
WINNET
Komunikasi
merupakan proses pengalihan suatu maksud dari sumber kepada penerima, proses
tersebut merupakan suatu seri aktivitas, rangkaian atau tahap-tahap yang
memudahkan peralihan maksud tersebut.
Jadi, Komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu pihak kepada
pihak lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang
dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasa verbal yang
dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan
menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum,
menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi
nonverbal.
JENIS DAN PROSES
KOMUNIKASI
Jenis-Jenis Komunikasi
Jenis-Jenis Komunikasi
- Komunikasi intrapersonal
Komunikasi
yang dilakukan oleh satu orang saja atau pada diri sendiri, sepertihalnya
ketika sedang menghayal, seolah olah kita sedang berkomunikasi dengan diri kita
sendiri.
- Komunikasi Interpersonal
Komunikasi
yang dilakukan oleh lebih dari satu orang biasanya jenis komunikasi seperti ini
dilakukan oleh dua orang secara tatap muka walupun terkadang tidak dilakukan
secara tatap muka, komunikasi seperti ini merupakan komunikasi yang lebih
efektif karena melalui komunikasi yang seperti ini kita dapat menyampaikan
pesan dan dapat berinteraksi satu sama lain, sehingga menghasilkan makna.
- Komunikasi dalam kelompok kecil
Komunikasi
yang dilakukan dalam suatu kelompok kecil, seperti halnya dalam sebuah
organisasi yang anggotanya hanya berjumlah sedikit, komunikasi seperti ini
dilakukan lebih dari dua orang tetapi didalam ruang lingkup yang kecil, dimana
dsetiap individunya memiliki pandangan dari setiap pesan yang sampaikan.
- Komunikasi Publik
Komunikasi
yang dilakukan dalam ruang lingkup yang lebih besar, komunikasi yang terjadi
pun menjadi lebih kompleks, karena setiap individunya memiliki pandangan yang
berbeda dari pesan yang telah disampaikan, sehingga di dalam komunikasi jenis
ini banyak dari tiap individunya yang memberikan pendapat yang berbeda, karena
masing-maing dari individunya memiiki makna yang berbeda dari pesan yang
disampaikan.
- Komunikasi Massa
Komunikasi
jenis ini berlangsung pada ruang lingkup yang lebih besar dari jenis-jenis
komunikasi sebelumnya, biasanya perilaku komunikasi jenis ini dilakukan melalui
sebuah perantara biasanya dilakukan melalui sebuah media, bisa berupa surat
kabar, televisi, radio, dan lain-lain. Dalam perilaku komunikasi ini individu
yang terlibat tidak saling mengenal, perilaku komunikasi jenis ini dapat
dibilang kurang efektif karena dari pesan yang disampaikan akan menimbulkan
banyak makna karena individu yang terlibat disini banyak sekali, sehingga
pendeskripsian dari pesan yang disampaikan akan memberikan makna yang
berbeda-beda.
- Menganalisis Perilaku Komunikasi
Disini
kita mencoba menganalisis perilaku komunikasi yang kita lakukan di dalam
kehidupan sehari-hari dengan cara yang bermacam-macam, yang bertujuan untuk
mengetahui sebarapa pahamkah diri kita tentang perilaku komunikasi yang telah
kita lakukan. Metode yang dilakukan bisa bermacam-macam salah satunya dengan
mempersentasekan kegiatan komunikasi yang dilakukan.
PROSES KOMUNIKASI
Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut :
Pengirim pesan, penerima pesan dan pesan
Semua
fungsi manajer melibatkan proses komunikasi. Proses komunikasi dapat
dilihat pada skema dibawah ini : Komunikasi merupakan suatu proses yang mempunyai komponen dasar sebagai berikut :
Pengirim pesan, penerima pesan dan pesan
Diagram
Proses Komunikasi
1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi
Pengirim
pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada seseorang
dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan sesuai
dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan disampaikan
atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal
atau non verbal dan pesan akan efektif bila diorganisir secara baik dan jelas.
Materi pesan dapat berupa :
- Informasi
- Ajakan
- Rencana kerja
- Pertanyaan dan sebagainya
2. Simbol/ isyarat
Pada
tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat dipahami
oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam bentuk
kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka
lainnya). Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk,
mengubah sikap, perilaku atau menunjukkan arah tertentu.
3. Media/penghubung
Adalah
alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan
pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi
pesan yang akan disampaikan, jumlah penerima pesan, situasi dsb.
4. Mengartikan kode/isyarat
Setelah
pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka
si penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari
pesan tersebut, sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.
5. Penerima pesan
Penerima
pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim
meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan
yang dimaksud oleh pengirim.
6. Balikan (feedback)
Balikan
adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan dalam
bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan tidak akan
tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi
manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima dengan
pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh penerima pesan
atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang disampaikan oleh
penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung yang mengandung
pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan apakah pesan itu akan
dilaksanakan atau tidak.
Balikan
yang diberikan oleh orang lain didapat dari pengamatan pemberi balikan
terhadap perilaku maupun ucapan penerima pesan. Pemberi balikan
menggambarkan perilaku penerima pesan sebagai reaksi dari
pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk memberikan informasi,
saran yang dapat menjadi bahan pertimbangan dan membantu untuk menumbuhkan
kepercayaan serta keterbukaan diantara komunikan, juga balikan dapat memperjelas
persepsi.
7. Gangguan
Gangguan
bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi mempunyai
pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir
selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang
merintangi atau menghambat komunikasi sehingga penerima salah
menafsirkan pesan yang diterimanya.
Ø Dimensi Komunikasi
1.
Komunikasi
sebagai proses
Jika
komunikasi dipandang sebagai proses, komunikasi yang dimaksud adalah suatu
kegiatan yang berlangsung secara dinamis. Sesuatu yang didefinisikan sebagai
proses berarti unsur-unsur yang ada didalamnya bergerak aktif dinamis dan tidak
tetap.
Dan
dikatakan proses pun juga berarti unsur-unsurnya memang bersifat aktif. Mari
kita menelaah dari konteks komunikasi antarpribadi dengan komunikasi massa mana
yang disebut proses.
Apabila
ditelaah dalam komunikasi antarpribadi yang disebut atau yang menunjukkan
proses adalah saat dimana adanya kegiatan pengiriman pesan pada satu orang ke
orang yg lain. Mulai dari adanya sebuah informasi lalu ada sender yang
memberikan informasi dan adapula receiver yang mendapatkan informasi nah,
ketika informasi itu berjalan mulai dari adanya hal yang akan disampaikan
hingga diterima receiver itulah disebut proses.
2. Komunikasi
sebagai simbolik
Simbol
dapat dinyatakan dalam bentuk bahasa lisan atau tertulis (Verbal) maupun
melalui isyarat – isyarat tertentu (non- Verbal). Simbol disini berarti sebuah
tanda atau lambang hasil kreasi manusia atau bisa dikatakan sebuah tanda hasil
kreasi manusia yang dapat menunjukkan kualitas budaya manusia dalam
berkomunikasi dengan sesamanya. Dalam pernyataan “kualitas budaya manusia dalam
berkomunikasi dengan sesamanya” dapat ditelaah kembali bahwa banyak faktor yang
mempengaruhi adanya simbol itu sendiri yaitu :
• Faktor budaya
• Faktor psikologis.
• Faktor budaya
• Faktor psikologis.
Sehingga
meskipun pesan yang disampaikan sama tetapi bisa saja berbeda arti bilamana
individu yang menerima atau receiver nya mempunyai kerangka berpikir berbeda
begitu juga latar belakang budayanya.
Simbol dalam bentuk tertulis banyak sekali contohnya : puisi, syair, cerpen, novel, karya sastra lain, ataupun media cetak koran, majalah dan sebagainya yang tertuang dari rangkaian-rangkaian kata hitam di atas putih dan sejenisnya, itu semua sudah disebut komunikasi meskipun tidak langsung bertemu dengan si penulis atau bahkan berhadapan langsung dengan sender namun komunikasi dengan bentuk tertulis. Berikut contoh komunikasi dengan non verbal atau dalam bentuk perilaku.
Simbol dalam bentuk tertulis banyak sekali contohnya : puisi, syair, cerpen, novel, karya sastra lain, ataupun media cetak koran, majalah dan sebagainya yang tertuang dari rangkaian-rangkaian kata hitam di atas putih dan sejenisnya, itu semua sudah disebut komunikasi meskipun tidak langsung bertemu dengan si penulis atau bahkan berhadapan langsung dengan sender namun komunikasi dengan bentuk tertulis. Berikut contoh komunikasi dengan non verbal atau dalam bentuk perilaku.
Menganggukan kepala yang berarti setuju,
Menggelengkan kepala yang berarti tidak
setuju,
Melambaikan tangan kepada orang lain, yang
berarti seseorang tersebut sedang memanggilnya untuk datang kemari.
3.
Komunikasi sebagai system.
Sistem
sering kali didefinisikan sebagai suatu aktivitas dimana semua komponen atau
untuk yang mendukungnya saling berinteraksi satu sama lain dalam menghasilkan
luaran atau dengan kata lain seperangkat komponen yang bergantung artinya
mengikuti permainan yang ada, sistem terbagi atas 2 :
• Sistem terbuka : dimana prosesnya terbuka dan pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya.
• Sistem tertutup : prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
• Sistem terbuka : dimana prosesnya terbuka dan pengaruh lingkungan yang ada disekitarnya.
• Sistem tertutup : prosesnya tertutup dari pengaruh luar (lingkungan).
Dari
segi bentuknya ada sistem terbuka dan tertutup yang mebedakan adalah sistem
terbuka dimana prosesnya terbuka tergantung pengaruh lingkungan sekitarnya, dan
sistem tertutup prosesnya tertutup dari pengaruh lingkungan luar. Contoh :
Penelitian atau uji coba makanan yang tidak boleh ada pengaruh dari luar, seperti : debu, musim, cuaca. Dan hasilnya sudah pasti dapat diantisipasi.(sistem tertutup)Memilih agama yang dianut banyak sekali pengaruh dari luar seperti : pihak keluarga, lingkungan mayoritas penduduk menganut apa? latar belakang budaya. (sistem terbuka)
Lalu
apa kaitannya dengan proses komunikasi, seperti yang saya jelaskan tadi di atas
bahwa komunikasi sebagai sistem berarti memiliki komponen-komponen atau unsur
yang saling berkaitan satu sama lain yaitu, sender, message, receiver, media,
signal,etc. Apabila itu semua ada yang tidak berfungsi atau mengalami gangguan
maka informasi atau komunikasi yang berjalan tidak akan berhasil sesuai harapan
atau bahkan bisa terjadi. Karena keterikatan komponen antara satu dengan yang
lainnya akan meng hasilkan feedback loops atau umpan balik dan hasilnya
merupakan kerja sama dari semua komponen yang ada (synergic).
Penelitian atau uji coba makanan yang tidak boleh ada pengaruh dari luar, seperti : debu, musim, cuaca. Dan hasilnya sudah pasti dapat diantisipasi.(sistem tertutup)Memilih agama yang dianut banyak sekali pengaruh dari luar seperti : pihak keluarga, lingkungan mayoritas penduduk menganut apa? latar belakang budaya. (sistem terbuka)
4.
Komunikasi
sebagai transaksional.
Komunikasi
tidak pernah terjadi tampa melibatkan orang lain, dalam proses yang demikian
akan timbul action dan interaction diantara para pelaku komunikasi.
5.
Komunikasi sebagai aktivitas social.
Hubungan
antar sesama manusia, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau untuk kepentingan
aktualitas diri dalam membicarakan masalah-masalah politik, sosial, budaya,
seni dan teknologi.
6.
Komunikasi
sebagai multidimensional.
Kalau
komunikasi dilihat dari perspektif multidimensional ada 2 tingkatan yang dapat
diidentifikasikan yakni dimensi isi (contet dimension) dan dimesi hubungan
(relationship dimension). Dimensi isi : lebih menunjukkan pada kata, bahasa dan
informasi yang dibawa pesan. Jadi seperti orang madura berbicara dengan orang
jawa pasti bahasa yang mereka gunakan pun juga berbeda disinilah dimensi isi
menunjukkan hal tersebut dalam komunikasi.
Dimensi
hubungan : menunjukkan bagaimana proses komunikasi berinteraksi satu sama lain.
Masih dengan contoh diatas dimensi hubungan menunjukkan bagaimana mereka
berinteraksi, media apa yang mereka gunakan, apakah ada bahasa tubuh atau
simbol-simbol yang digunakan. Itu dilihat dari dimensi hubungan. Asumsi dasar
hubungan multidimensional adalah bahwa sumber tidak hanya mempengaruhi pesan,
tetapi juga bisa mempengaruhi komponen yang lainnya.
* Definisi Leadership
Seiring
perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang
bersamaan dengan pertumbuhan manajemen
ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari
banyaknya literatur yang mengkaji tentang leadership dengan
berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Leadership tidak hanya
dilihat dari bak saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu
secara berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Kepemimpinan atau leadership
merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan
rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia
(Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan
adanya beberapa kesamaan.
Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan
pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Menurut
Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu
bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong
atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh
kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Moejiono
(2002) memandang bahwa leadership tersebut
sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu arah, karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung
memandang leadership sebagai
pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana
untuk membentuk kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan
mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah
laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam
bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau
kelompok.
Situational
Leadership
Pengembangan
teori ini merupakan penyempurnaan dari kelemahan-kelemahan teori yang ada
sebelumnya. Dasarnya adalah teori contingensi dimana pemimpin efektif akan
melakukan diagnose situasi, memilih gaya kepemimpinan yang efektif dan
menerapkan secara tepat.
Empat
dimensi situasi secara dinamis akan memberikan pengaruh terhadap kepemimpinan
seseorang.
- Kemampuan manajerial : kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
- Karakteristik pekerjaan : tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik organisasi : budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik pekerja : kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya.
- Kemampuan manajerial : kemampuan ini meliputi kemampuan sosial, pengalaman, motivasi dan penelitian terhadap reward yang disediakan oleh perusahaan.
- Karakteristik pekerjaan : tugas yang penuh tantangan akan membuat seseorang lebih bersemangat, tingkat kerjasama kelompok berpengaruh efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik organisasi : budaya organisasi, kebijakan, birokrasi merupakan faktor yang berpengaruh pada efektivitas pemimpinnya.
- Karakteristik pekerja : kepribadian, kebutuhan, ketrampilan, pengalaman bawahan akan berpengaruh pada gaya memimpinnya.
a.
Fiedler Contingency model.
Model
ini menyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling efektif tergantung pada
situasi yang dihadapi dan perubahan gaya bukan merupakan suatu hal yang sulit.
Fiedler memperkenalkan tiga variabel yaitu:
- task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructured task
ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
Fiedler memperkenalkan tiga variabel yaitu:
- task structure : keadaan tugas yang dihadapi apakah structured task atau unstructured task
ukuran aktual seorang pemimpin, ada beberapa power yaitu:
->
legitimate power : adanya kekuatan legal pemimpin
-> reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
-> coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
-> expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
-> referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
-> information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.
-> reward power : kekuatan yang berasal imbalan yang diberikan pimpinan
-> coercive power : kekuatan pemimpin dalam memberikan ancaman
-> expert power : kekuatan yang muncul karena keahlian pemimpinnya
-> referent power : kekuatan yang muncul karena bawahan menyukai pemimpinnya
-> information power : pemimpin mempunyai informasi yang lebih dari bawahannya.
b.
Model kepemimpinan situasional ‘Life Cycle’
Harsey
& Blanchard mengembangkan model kepemimpinan situasional efektif dengan
memadukan tingkat kematangan anak buah dengan pola perilaku yang dimiliki
pimpinannya.
Ada 4
tingkat kematangan bawahan, yaitu:
- M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
- M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia bisa
- M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
- M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas.
- M 1 : bawahan tidak mampu dan tidak mau atau tidak ada keyakinan
- M 2 : bawahan tidak mampu tetapi memiliki kemauan dan keyakinan bahwa ia bisa
- M 3 : bawahan mampu tetapi tidak mempunyai kemauan dan tidak yakin
- M 4 : bawahan mampu dan memiliki kemauan dan keyakinan untuk menyelesaikan tugas.
Ada 4
gaya yang efektif untuk diterapkan yaitu:
- Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
- Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
- Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
- Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
- Gaya 1 : telling, pemimpin memberi instruksi dan mengawasi pelaksanaan tugas dan kinerja anak buahnya.
- Gaya 2 : selling, pemimpin menjelaskan keputusannya dan membuka kesempatan untuk bertanya bila kurang jelas.
- Gaya 3 : participating, pemimpin memberikan kesempatan untuk menyampaikan ide-ide sebagai dasar pengambilan keputusan.
- Gaya 4 : delegating, pemimpin melimpahkan keputusan dan pelaksanaan tugas kepada bawahannya.
Transformational
Leadership
Robert
house menyampaikan teorinya bahwa kepemimpinan yang efektif menggunakan
dominasi, memiliki keyakinan diri, mempengaruhi dan menampilkan moralitas
tinggi untuk meningkatkan karismatiknya. Dengan kharismanya pemimpin
transformational akan menantang bawahannya untuk melahirkan karya istimewa.
Langkah
yang dilaksanakan pemimpin ini biasanya membicarakan dengan pengikutnya
bagaimana pentingnya kinerja mereka, bagaimana bangga dan yakinnya mereka
sebagai anggota kelompok, bagaimana istimewanya kelompok yang akan menghasilkan
karya luar biasa.
Kepemimpinan
Partisipatif
Mitch
Mc Crimmon (2007) menulis bahwa menjadi pemimpin yang partisipatif berarti
melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting
manakala pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks
atau membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim.
Stogdill
(1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini
dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep
kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada
mempunyai beberapa unsur yang sama.
Sarros
dan Butchatsky (1996), “leadership is defined as the purposeful behaviour of
influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of
individual as well as the organization or common good”. Menurut definisi
tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan
tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan
bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Anderson (1988), “leadership means using power to influence
the thoughts and actions of others in such a way that achieve high
performance”.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara
lain:
Pertama:
kepemimpinan
berarti melibatkan orang atau pihak lain atau mempengaruhi orang lain , yaitu
para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus
memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin dan ikut berpartisipasi
guna mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Walaupun demikian, tanpa
adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.
Kedua:
seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or
herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan.
Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin
dapat bersumber dari:
• Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
• Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
• Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
• Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
• Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
• Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
• Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
• Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
• Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
• Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.
Ketiga:
kepemimpinan
harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap
bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian
bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri
dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication)
dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali
disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.
Perbedaan
antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus
(1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer
memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat (“managers are people who do
things right and leaders are people who do the right thing, “). Kepemimpinan
memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan
manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.
Teori X dan Teori Y – Douglas McGregor
Dalam perkembangannya dengan kepemimpinan, terdapat beberapa teori motivasi
yang muncul dan berkembang seperti teori hierarki kebutuhan Maslow, teori X dan
Y Douglas McGregor, teori motivasi Higiene, teori kebutuhan McClelland, teori
harapan Victor Vroom, Teori Keadilan dan motivasi dan Reinforcement Theory.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjelaskan kesesuaian antara gaya
kepemimpinan dengan perilaku individu, oleh karena itu dipilihlah teori X dau Y
yang berkaitan dengan perilaku yang dimiliki pegawai/ karyawan dalam organisasi
tersebut.
Teori X dan Teori Y merupakan salah satu teori motivasi manusia
yang diciptakan dan dibangun oleh Douglas McGregorpada 1960-an
(www.wapedi.mobi). McGregor adalah psikolog sosial yang terkenal dengan
teorinya tersebut McGregor menjelaskan
bahwa para manajer/pemimpin organisasi perusahaan
memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai/karyawan yaitu teori X atau
teori Y.
·
Teori X
Teori ini menyatakan
bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja
serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan
namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi
(www.organisasi.com). Oleh karena itu, teori X
memberikan petuah manajer harus memberikan pengawasan yang ketat, tugas-tugas
yang jelas, dan menetapkan imbalan atau hukuman.
Proposisi utama teori X,
yaitu:
- Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-dalam kepentingan ekonomi berakhir;
- Menghormati orang lain, ini adalah proses mengarahkan usaha mereka, memotivasi mereka, mengendalikan tindakan mereka, dan memodifikasi perilaku mereka agar sesuai dengan kebutuhan organisasi; dan
- Tanpa intervensi aktif oleh manajemen, orang akan pasif-bahkan resisten-untuk kebutuhan organisasi. Oleh karena itu mereka harus dibujuk, dihargai, dihukum, dan dikendalikan. Kegiatan mereka harus diarahkan.
Lebih lanjut menurut
asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya menganggap bahwa:
1.
Tidak menyukai bekerja;
2.
Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan lebih
menyukai diarahkan atau diperintah;
3.
Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi masalah-masalah
organisasi;
4.
Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja; dan
5.
Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai tujuan
organisasi.
Menyadari kelemahan dari
asumí teori X itu maka McGregor memberikan alternatif teori lain yang dinamakan
teori Y.
·
Teori Y
Teori ini memiliki
anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari
lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena
mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan
perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta
memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga
tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja
(www.organisasi.com).
Proposisi utama dari Teori Y adalah sebagai
berikut:
1.
Manajemen bertanggung jawab untuk mengatur unsur-unsur dari usaha
produktif-uang, bahan, peralatan, dan orang-orang dalam kepentingan ekonomi
berakhir.
2.
Orang tidak dengan sifat pasif atau resisten terhadap kebutuhan organisasi.
Mereka telah menjadi begitu sebagai hasil dari pengalaman dalam organisasi.
3.
Motivasi, pengembangan potensi, kapasitas untuk mengasumsikan tanggung
jawab, dan kesiapan untuk mengarahkan perilaku ke arah tujuan organisasi
semuanya hadir dalam orang-manajemen tidak menempatkan mereka di sana. Ini
adalah tanggung jawab manajemen untuk memungkinkan orang untuk mengenali dan
mengembangkan karakteristik manusia ini untuk diri mereka sendiri.
4.
Tugas pokok manajemen adalah untuk mengatur kondisi organisasi dan metode
operasi agar orang dapat mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri dengan
mengarahkan usaha mereka ke arah tujuan-tujuan organisasi.
Lebih lanjut menurut
asumsi teori Y, orang-orang ini pada hakikatnya menganggap bahwa:
- Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
- Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
- Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalan-persoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh karyawan.
- Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial, penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhan-kebutuhan fisiologi dan keamanan.
- Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika dimotivasi secara tepat.
Dengan
memahami asumsi dasar teori Y ini, McGregor menyatakan selanjutnya bahwa
merupakan tugas yang penting bagi menajemen untuk melepaskan tali pengendali
dengan memberikan desempatan mengembangkan potensi yang ada pada masing-masing
individu. Motivasi yang sesuai bagi orang-orang untuk mencapai tujuannya
sendiri sebaik mungkin, dengan memberikan pengarahan usaha-usaha mereka untuk
mencapai tujuan organisasi.
Gambar 2. 2 Teori X dan Y oleh McGregor
(www.businessballs.com)
Kesesuaian Teori Perilaku X dan Y Dengan Gaya Kepemimpinan
Jika
melihat teori perilaku X dan Y, gaya kepemimpinan yang sesuai diterapkan dalam
suatu organisi adalah otoriter dengan demokratis atau sentralistik dengan
partisipatif. Pegawai/ karyawan dengan asumsi berperilaku teori X, maka
pemimpinnya akan cenderung menggunakan gaya otoriter atau sentralistik. Hal ini
disebabkan para pegawai/ karyawan ini membutuhkan tekanan atau dorongan kuat
dari atasan/ pemimpinnya untuk bekerja lebih giat. Mereka membutuhkan arahan
dari pimpinannya karena mereka tidak dapat bergerak sendiri. Menurut Rivai
(2003), kepemimpinan otoriter adalah gaya kepemimpinan yang menggunakan
metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan
strukturnya, sehingga kekuasaanlah yang paling diuntungkan dalam organisasi.
Pemimpin ini memusatkan segala keputusan dan
kebijakan yang diambil dari dirinya secara penuh. Selain itu, pemimpin ini akan
membagi tugas dan tanggung jawab sesuai keinginannya sendiri, sedangkan
bawahannya hanya akan melaksanakan tugas yang diberikan tersebut. Berikut beberapa
ciri-ciri gaya
kepemimpinan bertipe otoriter diantaranya:
- Tanpa musyawarah;
- Tidak mau menerima saran dari bawahan;
- Mementingkan diri sendiri dan kelompok;
- Selalu memerintah;
- Memberikan tugas mendadak;
- Cenderung menyukai bawahan yang ABS (asal bapak senang);
- Sikap keras terhadap bawahan;
- Setiap keputusannya tidak dapat dibantah;
- Kekuasaan mutlak di tangan pimpinan;
- Hubungan dengan bawahan kurang serasi;
Ciri-ciri gaya
kepemimpinan otoriter di atas sesuai/ cocok dengan individu/ pegawai yang
diasumsikan berperilaku teori X. Pegawai dengan perilaku teori X diasumsikan
tidak dapat berbuat apa-apa, cenderung malas, dan cenderung menunggu perintah
dari atasan. Oleh karena itu, dibutuhkanlah pemimpin dengan gaya otoriter
seperti ciri-ciri di atas, cenderung mengambil keputusan sendiri dan cenderung
senang memerintah bawahannya. Hal ini juga berlaku untuk pemimpin dengan gaya
kepemimpinan sentralistik. Pemimpin dengan gaya seperti ini mengambil keputusan
secara terpusat atau keputusan berada di tangannya sendiri. Pemimpin ini tidak
menghendaki adanya campur tangan dari bawahannya.
Pegawai/ karyawan dengan
asumsi berperilaku teori Y, maka akan sesuai dengan pemimpin yang memiliki gaya
kepemimpinan demokratis atau partisipatif. Pegawai ini cenderung berinisiatif
tinggi dalam mengerjakan pekerjaannya dan tidak perlu menunggu disuruh untuk
bekerja. Oleh karena itu dibutuhkan pemimpin yang demokratis, yaitu pemimpin yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Menurut
Robbins dan Coulter (2002), gaya kepemimpinan demokratis mendeskripsikan
pemimpin yang cenderung mengikutsertakan karyawan dalam pengambilan keputusan,
mendelegasikan kekuasaan, mendorong partisipasi karyawan dalam menentukan
bagaimana metode kerja dan tujuan yang ingin dicapai, dan memandang umpan balik
sebagai suatu kesempatan untuk melatih karyawan. Setiap kali ada permasalahan, pemimpin dengan tipe ini
selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.
TEORI
SISTEM EMPAT DARI RENSIS LINKERT
Empat
sistem manajemen yang dikembangkan oleh Rensis Likert. Empat sistem
tersebut terdiri dari:
tersebut terdiri dari:
Sistem
1, otoritatif dan eksploitif :
Manajer
membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah
para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara
kaku ditetapkan oleh manajer.
para bawahan untuk melaksanakannya. Standar dan metode pelaksanaan juga secara
kaku ditetapkan oleh manajer.
Sistem
2, otoritatif dan benevolent:
Manajer
tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan.
Sistem
3, konsultatif:
Manajer
menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu
didiskusikan dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka
sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk
memotivasi bawahan daripada ancaman hukuman.
Sistem
4, partisipatif :
Adalah
sistem yang paling ideal menurut Likert tentang cara bagaimana organisasi
seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat
oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
seharusnya berjalan. Tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat
oleh kelompok. Bila manajer secara formal yang membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran dan pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak hanya mempergunakan penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan yang dibutuhkan dan penting.
Teori
of Leadership Pattern Choice tannen baum and scmidt
Tannenbaum-Schmidt
Bagaimana
bisa seorang manajer mengatakan gaya manajemen apa yang digunakan? Pada tahun
1957, Robert Tannenbaum dan Warren Schmidt menulis salah satu artikel yang
paling revolusioner yang pernah muncul dalam The Harvard Business Review.
Artikel ini, berjudul “Bagaimana Memilih sebuah Pola Kepemimpinan, adalah
signifikan dalam bahwa itu menunjukkan gaya kepemimpinan adalah pilihan
manajer. Di bagian atas diagram di bawah ini anda akan melihat akrab “Hubungan
Oriented” dan “Tugas Berorientasi” kontinum, yang juga diberi label “Demokrasi”
dan “otoriter.”
Diagram
menunjukkan dimensi lain: “Sumber Otoritas”. Pada akhir demokratis diagram,
manajer memungkinkan kebebasan karyawan. Pada akhir otoriter diagram kita
melihat bahwa manajer adalah satu-satunya sumber otoritas. Kita pergi dari
otoritas buruh untuk otoritas manajer.
Berkaitan
dengan masalah gaya kepemimpinan dan dengan pertanyaan seperti manajer dapat
demokratis terhadap bawahan, namun mempertahankan otoritas yang diperlukan dan
kontrol. untuk tujuan analisis mereka telah menghasilkan sebuah kontinum
perilaku kepemimpinan mulai dari autoritarian styeles di satu ekstrem ke gaya
demokratis di sisi lain, yang mereka sebut bos s-berpusat dan berpusat pada
bawahan tidak seperti orang lain model kepemimpinan berusaha untuk menyediakan
kerangka kerja untuk analisis dan pilihan individu.
Para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola kepemimpinan:
1. kekuatan di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)
2. kekuatan di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)
3. kekuatan dalam situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim organisasi dan lain-lain faktor extrancous).
Para penulis mengusulkan tiga faktor utama yang menjadi pilihan tergantung pola kepemimpinan:
1. kekuatan di manajer (egattitudes, kepercayaan, nilai-nilai)
2. kekuatan di bawahan (egtheir sikap, kepercayaan, nilai dan harapan dari pemimpin)
3. kekuatan dalam situasi (egpreasure dan kendala yang dihasilkan oleh tugas-tugas, iklim organisasi dan lain-lain faktor extrancous).
Tujuh
“pola kepemimpinan” yang diidentifikasi oleh Tannenbaum dan Schmidt. Pola
kepemimpinan ditandai dengan angka-angka di bagian bawah diagram ini mirip
dengan gaya kepemimpinan, tetapi definisi dari masing-masing terkait dengan
proses pengambilan keputusan.
Demokrasi
(hubungan berorientasi) pola kepemimpinan yang ditandai oleh penggunaan
wewenang oleh bawahan. Otoriter (tugas berorientasi) pola kepemimpinan yang
ditandai oleh penggunaan wewenang oleh pemimpin. Perhatikan bahwa sebagai
penggunaan kekuasaan oleh bawahan meningkat (gaya demokratis) penggunaan wewenang
oleh pemimpin berkurang secara proporsional.
Kepemimpinan
Pola 1: “Pemimpin izin bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan oleh
superior.”
Contoh:
Pemimpin memungkinkan anggota tim untuk memutuskan kapan dan seberapa sering
untuk bertemu.
Kepemimpinan
Pola 2: “Pemimpin mendefinisikan batas-batas, dan meminta kelompok untuk
membuat keputusan.”
Contoh:
Pemimpin mengatakan bahwa anggota tim harus memenuhi setidaknya sekali
seminggu, tetapi tim bisa memutuskan mana hari adalah yang terbaik.
Kepemimpinan
Pola 3: “Pemimpin menyajikan masalah, mendapat kelompok menunjukkan, maka
pemimpin membuat keputusan.”
Contoh:
Pemimpin meminta tim untuk menyarankan hari-hari baik untuk bertemu, maka
pemimpin memutuskan hari apa tim akan bertemu.
Kepemimpinan
Pola 4: “Pemimpin tentatif menyajikan keputusan untuk kelompok. Keputusan dapat
berubah oleh kelompok.”
Contoh:
Pemimpin kelompok bertanya apakah hari Rabu akan menjadi hari yang baik untuk
bertemu. Tim menyarankan hari-hari lain yang mungkin lebih baik.
Kepemimpinan
Pola 5: “Pemimpin menyajikan ide-ide dan mengundang pertanyaan.”
Contoh:
Pemimpin tim mengatakan bahwa ia sedang mempertimbangkan membuat hari Rabu
untuk pertemuan tim. Pemimpin kemudian meminta kelompok jika mereka memiliki
pertanyaan.
Kepemimpinan
Pola 6: “Para pemimpin membuat keputusan kemudian meyakinkan kelompok bahwa
keputusan yang benar.”
Contoh:
Pemimpin mengatakan kepada anggota tim bahwa mereka akan bertemu pada hari
Rabu. Pemimpin kemudian meyakinkan anggota tim bahwa Rabu adalah hari-hari
terbaik untuk bertemu.
Kepemimpinan
Pola 7: “Para pemimpin membuat keputusan dan mengumumkan ke grup.”
Contoh:
Pemimpin memutuskan bahwa tim akan bertemu pada hari Rabu apakah mereka suka
atau tidak, dan mengatakan bahwa berita itu kepada tim.
Sumber :
http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/copywriting/2163776-gaya-kepemimpinan-empat-sistem-manajemen/#ixzz1Nzin9vUF
Gustia Rahmi
3 PA 08
13511117
0 komentar:
Posting Komentar